Selasa, 21 Februari 2012

Sepenggal Kisah


1.    Langkah awal
Pradita Rahardi, di persilahkan naik ke atas podium”
Dengan langkah penuh keyakinan, lesung pipi dan wajahnya yang bulat penuh semakin memikat hati, rambutnya yang hitam dan terurai panjang terlihat makin mempesona. “saya tidak akan banyak bicara dan berjanji, jika saya terpilih menjadi ketua osis saya hanya ingin seluruh siswa sekolah ini mempunyai jiwa social yang tinggi, aktif, kreatif dan sportif. Terima kasih” riuh suara tepuk tangan menggema di aula.
“singkat benar kamu dit?” Tanya Aldo.”kalau kamu ga kepilih gimana dit?”
“singkat, jelas dan padat” sahut Dina. Dan Dita hanya tersenyum.”biarpun Dita ga kepilih, tapi kita tetap akan berkampanye untuk semua ide Dita”
“thanks for your spirit my soul. Ini adalah langkah awal untuk kita” dita merangkul dina.
Masih ada Bagas yang jadi pesaing terberat Dita, dia pinter banget pidato yach hampir mirip sama Bp. Proklamator kita, terang aja dia kan selalu ikut lomba pidato sejak SMP, belum lagi dia anak Kepsek. Tapi keputusan tetap pada semua warga sekolah.
Pemungutan suara berlangsung, Dita berdo’a dalam hatinya semoga dia yang terpilih, dalam kegelisahan hatinya masih ada senyum yang indah tergambar di wajahnya. Tinggal 1 suara dan kedudukan masih imbang, ya satu suara sampai nama yang terpanggil “pradita rahardi”.
2.    I believe
Inilah saatnya bagi Dita untuk menunjukkan misinya, yah langkah awal baginya adalah menyusun jadwal kegiatan tanpa mengganggu jam pelajaran berlangsung. Rapat sepulang sekolah, memberi jadwal dan materi.
“apa-apaan ini, kau pikir kegiatan kita hanya untuk ini saja?” protes Bagas.
Dita mengela nafas panjang,”kau belum baca tapi kau sudah berkomentar. Gimana bisa? Padahal di lembar itu sudah tertulis dengan jelas, apa perlu aku yang membacakannya untukmu” menunduk di samping Bagas,”dan kalau kau tidak setuju, terserah, tapi lembar ini sudah mendapat persetujuan dari Kepsek”. Tersenyum simpul dan memperlihatkan tanda tangan kepsek.
“dit, semua kelas dapat giliran donk?” Tanya Aldo.
Menganggukkan kepala “setiap 3 hari sekali jam 3 sore kita akan bagi tugas rolling tiap kelas dan kita ada 3 pos, pos pertama di alon-alon kota, pos ke dua di terminal bus, dan pos ketiga kita di sekitar stasiun. Tiap 1 bulan sekali kita akan mengadakan pelatihan ketrampilan untuk mereka, dan setiap 3 bulan sekali kita akan mengadakan kumpul bareng mereka tempatnya disekolah. Ini akan menjadi kegiatan rutin sekolah kita, lalu kegiatan ekskul basket setiap hari sabtu, volley hari selasa, Karya Ilmiah Remaja dan MIPA hari Jum’at sepulang sekolah, trus jum’at jam 3 sorenya music dan Tari, dan yang lainnya bisa selain hari Rabu dan Kamis . Menurut kalian gimana?”
“kamu yakin kita semua bisa? Apa mereka semua akan setuju dengan kegiatan ini?” Tanya Reno
“ I believe, we can do it” jawab Dita dengan pasti.”yach aku tahu pasti ada juga di antara kita yang merasa hal itu ga penting dan buang-buang waktu, ketahuilah sobat, kalau rasa peduli kita tidak bisa di paksa tapi dengan lembut dan rasa ketagihan jika kita sudah pernah sekali melakukannya.”
“aku tidak setuju. Ini sekolah bukan milikmu, kenapa se akan-akan kamu pemilik sekolah ini” protes Bagas
“aku tidak memaksa kalian untuk setuju kan, aku hanya ingin mewujudkan apa yang pernah aku sampaikan dulu, aku ingin semua siswa disini punya rasa social tinggi, aktif, kreatif dan sportif. Ada yang tidak setuju lagi?”
Semua masih terdiam sejenak, berfikir. “ aku pikir kita semua setuju?” Reno mengawali dan semua tersenyum mengangguk tanda setuju dan Bagas keluar dari ruang Osis dengan kecewa.
“terima kasih teman, kita pasti bisa melakukan ini semua. Sampai ketemu hari Kamis sepulang sekolah, dan adakah besok yang mau ikut aku briefing ke lapangan?”
“dengan senang hati Dit, aku, Reno, aldo dan Dina akan ikut” jawab Santi.
“kami akan mengatur untuk publikasi” sahut Reihan. “dan Aku pikir sekarang sudah waktunya pulang”
“sampai ketemu besok. Selamat sore semua. Terima kasih untuk hari ini” salam Dita.
3.    Anak-anak pilihan Tuhan
“semua pamflet uda aku sebarin, ketua kelas juga uda aku briefing. Dan aku juga bilang jika kurang berkenan harap lapor ke ruang Osis” lapor Sheila.
Belum juga 5 menit Sheila kasih laporan ke Dita, 5 cewek terkaya dan tergaul di sekolah-bisa dibilang Artis sekolah- yang diketuai Rani datang maen labrak aja “kegiatan apa ini, kita mesti buang-buang waktu buat bantuin anak-anak terlantar belajar. Bikin kotor baju kita. Apa kalian uda kehilangan ide buat cari kegiatan lain”
“kami ga maksa kok Ran, tapi apa salahnya kalau kamu coba dekat dengan mereka, peduli sedikit dengan mereka, kamu bayangin aja kalau aja mereka itu kalian, ga ada yang peduli, trus kalian di hina sama orang-orang yang sok cantik sok kaya, padahal itu harta orang tuanya.”
“sok tahu banget sich kamu. Sok yes, sok pinter, sok peduli. Ini sekolah bukan punya bapak kamu ya?” sela Hani
“owh gitu ya, tapi gimana ya? Kalau mereka itu benar-benar kamu. Ah, lagian kegiatan ini juga uda disetujui sama Kepsek bahkan uda ga bisa di ganggu gugat lagi. semua siswa wajib untuk ikut di tahum pertama. Dan coba dech kamu sekali deket dengan mereka pasti kamu ketagihan.”
“argh..” Rani kesal dan keluar di ikuti anak buahnya.
“hahaha ada-ada aja kamu Dit” gurau Sheila.”owh iya kemarin gimana briefing di lokasi nya?”
“huuft.. ada sedikit masalah Sheil. Hemm” menghela nafas “ada beberapa preman yang menguasai post 2 kita, mereka ga mau ada kegiatan seperti ini di tempat mereka. Hampir berantem juga sich Reno sama preman itu.”
“sumpah??? Trus gimana donk?? Kamu ga apa-apa kan? Reno juga? Trus yang lain juga ga apa-apa kan” kuatir Sheila
“tenang Sheila sayang, kita semua ga apa-apa kok.” Sheila memutar tubuh dita dan meneliti semuanya. “kita ajuin beberapa tawaran sheil. Dan mereka mintanya kita kasih jatah ke mereka”
“what??? Are you serius?? Gila. Trus gimana?” panic sheila
“gimana apanya sheil? Dari tadi kamu ini gimana gimana terus. Tenang aja Sheil kita pasti ada jalan untuk itu semua. Ga gampang sheil kita dekat dengan mereka, tapi kalau kamu uda deket, dengerin cerita mereka, bercanda bareng mereka aku yakin kamu pasti ketagihan, dekat dengan mereka tu rasanya luar biasa senangnya, mereka memang anak-anak pilihan Tuhan yang terindah”
“wah dit, aku jadi pengen cepat-cepat hari Rabu trus kamis, jadi aku bisa tahu rasa yang kamu maksud”
4.      Getaran itu cinta
Bagas masih enggan ikut rapat anggota Osis, dia masih diam di sudut ruangan memainkan stik drumnya. Sementara Dita masih berdikusi dengan yang lainnya. Bagas dan Dita memang seperti kutub selatan dan kutub utara ga pernah bisa sepihak, ga pernah akur, ga pernah dipertemukan untuk yang namanya setuju dalam ide. Kalau pun iya pasti itu ke ajaiban.
Seusai Rapat Osis sebelum pulang Dita memberi jadwal Bagas sebagai Pembina pertama di Pos Alon-alon kota, Bagas ga mau, perdebatan terus antara Dita dan Bagas belum juga selesai sampai rapat ditutup. Setelah semua pulang Dita masih diruang Osis sendirian.
“kamu pulang dulu aja Din ga apa-apa kok” Dita pikir langkah kaki yang masuk di ruang Osis itu Dina.
“aku Cuma mau bilang kalau aku ga akan melakukan hal itu” terang bagas dan melemparkan jadwal pada muka Dita. Dita masih tercengang, Bagas berlalu keluar ruang osis.
“Bagas tunggu” Dita menyambar tasnya dan berlari mengejar Bagas. “Gas tunggu. Kenapa sich”. Bagas masih tetap berjalan tanpa memalingkan muka, hanya memperlambat langkahnya.“Bagas. Aaahhh” Dita tersandung kakinya sendiri yang berjarak 2 anak tangga dari Bagas. Dengan sigap Bagas menangkap Dita yang jatuh tepat di pelukannya. Ketika mata bertemu mata, jantung bertemu jantung dan hati bertemu hati, perasaan takut akan jatuh dari tangga dan gugup lenyap seketika, suasana menjadi hening, ketika getaran listrik yang menyengat tepat pada lubuk hati Dita menyebarkan rasa yang tak bisa diterjemahkan dalam kamus dan kata-kata, desir darah terasa panas namun begitu tenang dan nyaman, saat mata Bagas menatap semakin dalam mata Dita, semakin lekat dan semakin dalam.
“ehhmm”
Secepat kilat juga Bagas melepaskan Dita. Hampir saja Dita terjatuh. Tanpa banyak omong Bagas langsung pergi.
“ehmm..ehm..ehm..ehmm” Dina mendehem ngeledek.
“apaan sich Din. Dia itu Cuma mau nolongin aku yang hampir jatuh dari tangga. Ga ada apa-apa kok, kamu jangan salah pengertian” jelas Dita salah tingkah.
“yee.. siapa juga yang salah pengertian. Trus kenapa pake salting” ledek Dina
“siapa juga yang salting” sewot.”ya udah yuk pulang. BT aku lama-lama” menggandeng Dina
“hehehehe biasa aja kali Dit, idih merah pipinya”
“apaan sich. Enggak kok” meraba pipinya.”ah, udah ah. Ayo pulang”
Dan mungkin ini keajaiban. Sejak saat itu diam-diam Bagas sering banget mencuri-curi pandang ke Dita. Dia lebih respect pada Dita. Dan entah kenapa sejak saat itu juga setiap kali Dita bertemu dengan Bagas getaran itu ada, yang membuat mata Dita tak ingin lepas dari pandangan Bagas. Sekilas Dita teringat buku ciri-ciri orang jatuh cinta yang pernah dibacanya dari Dina “bego.bego.bego.”dita memukuli kepalanya berkali-kali.
“kamu kenapa sich Dit? Kamu sakit ya? Kasihan tu kepala dari tadi dipukulin terus” kawatir Dina. Dita hanya melirik.
“kenapa tuch anak?”Tanya Santi pada Dina.
“penyakit cinta mungkin” berbisik pada Santi. Pensil melayang tepat di jidat Dina.”aww. dita apaan sich pake lempar-lempar pensil. Sakit tahu” rengek Dina.
“sok tahu sich” timpal Dita
5.    Hal terindah
Awalnya semua terlihat canggung dan ragu-ragu melakukan hal ini, tapi kalau kamu sudah berada disini, menjabat tangannya, membelai kepalanya, mendengar keluh kesahnya, ikut merasakan perihnya hidup yang mereka jalani, berbagi canda dan tawa dengan mereka semua terasa hangat dan indah.
Ketika jari-jari kecil mulai menari menciptakan guratan-guratan pena, api semangat yang berkobar menyelimuti hati, hujan pun tak mampu memadamkan api, senyum merekah di tengah hujan badai tak kan mampu menggoyahkan semangatnya.
Celoteh para pengamen jalanan yang meneriakkan suka dukanya dalam lantunan music seadanya cukup menyayat hati para peserta aksi social. Derai air mata tak luput disetiap sudut wajah mereka, begitu indah.
Wajah yang begitu menggemaskan, senyum yang mengembang, tawa yang riang, tak ada air mata dan pilu yang menyayat kalbu, mata yang berbinar-binar menceriterakan tentang kebahagian dalam hatinya saat ini, bocah-bocah kecil tak lagi menangis.
Hal terindah dalam hidupku adalah bisa bersama mereka, mengerti mereka dan ikut merasakan betapa perih hatinya menjalani hidup ini, tertawa, berlari, menangis bersama. Pelajaran yang sangat berharga untukku, seberat apapun hidup, sesulit apapun bertahan, sesakit apapun luka tak kan pernah terasa jika kita dapat terus bersyukur dan menikmati hidup ini dengan senyum.
Sekali aku menyentuh, tak kan pernah berhenti untuk menyentuh nya lagi, keceriaan bocah-bocah pengamen jalanan ini seperti candu dalam rindu. Begitu banyak perubahan yang terjadi dalam diri mereka (peserta aksi social), mungkin hanya beberapa diantara mereka yang masih menggenggam tangannya tak ingin mengotori tangan baju dan sepatunya.
Tiga bulan berlalu, dan hari ini adalah hari pertama kegiatan social kita memamerkan hasil karya anak-anak jalanan ini, disekolah, dilapangan basket yang disulap jadi stand dari berbagai pos dan mengumpulkan mereka dalam satu wadah yang mau merentangkan tangan untuk mereka.
Yang lebih menguncangkan hatiku, hati kami. Waktu kepsek mengumumkan “pihak yayasan akan membangun gedung sekolah sore untuk para anak jalanan” sorak sorai riuh menggemparkan lapangan basket sekolah kita. Air mata kebahagiaan tercurah begitu saja.
Sedikit hal kecil yang kita lakukan dengan ikhlas dan penuh keyakinan bahwa kita bisa pasti akan menjadi hal besar yang tak pernah kita tahu keindahannya. Segala sesuatu yang kita dapat adalah hikmah dan nikmat Tuhan yang terindah, entah itu baik ataupun buruk. Tetap bersyukur dan menjalani hidup ini adalah hal terindah dari jalan Tuhan.
Jangan pernah ragu untuk menyentuh mereka yang kau lihat kumuh dan lusuh. Jangan pernah merasa jijik melihat mereka yang kotor. Jangan pernah membunuh rasa kepeduliaanmu terhadap orang lain. Sekali kau menyentuhnya dengan kasih sayang engkau akan merasakan kedamaian yang luar biasa.
Tuhan punya cerita lain. Dita mengalami sakit keras, dokter bilang “semangat luar biasa dan hidup yang penuh dengan suka cita tak mampu mengalahkan leukemia yang diderita Dita sejak kecil. Tapi ini adalah hal luar biasa yang pernah saya temui dari pasien saya. Bahwa Dita mampu bertahan selama 18 tahun dengan leukemia yang dideritanya”
Hujan air mata dikamar VIP nomor 9. Rasa kehilangan yang sangat menyesakkan dada. Bagas tak mampu berbuat dan berkata apa-apa hanya tangisan yang menderu terdengar pilu. Dina dan sahabatnya yang lain merasa bahwa ini adalah pesan terakhir Dita untuk kita.
Setelah pemakaman Dita, ayah Dita memberikan surat berwarna merah jambu untuk Bagas dan biru laut untuk sahabatnya.
Dear Bagas,
Mungkin saat kau baca surat ini aku sudah berjalan menuju surga.
Dalam hening aku merindu, dalam sayu aku merayu, dalam pilu aku merasa ada candu. Entah perasaan apa ini, getaran yang begitu dahsyat, setelah aku mengenalmu.
Dulu kita seperti air dan minyak tak pernah bisa larut, dulu kita seperti 2 kutub yang tak pernah bertemu dalam 1 titik, dulu kita seperti tikus dan kucing yang tak pernah bisa akur.
Tapi entah mengapa, kau mulai hadir dalam malam-malam gelapku dengan lilin kecil, kau mulai menjadi bintang dalam mataku, kau mulai menjadi pelangi dalam mimpiku, kau selalu menjadi bunga dalam hatiku. Aku sadar rasa ini tak mungkin untuk bersatu, aku terlalu takut untuk sakit, aku terlalu takut untuk menangis, aku terlalu takut untuk pergi jauh dari mu jika kita memang bersama.
Matamu yang teduh selalu membuatku ingin menatapmu. Mungkin aku bukan untukmu tapi aku percaya bahwa ada wanita lain yang akan menjadi seseorang yang sangat bahagia bersamamu. Kenanglah aku dengan caramu seperti yang kau ucapkan untukku.

Bukan kamu yang ku mau, tapi hatimu
Bukan kamu yang ku rindu, tapi cintamu
Bukan Karena aku mengiginkanmu
Tapi karena aku mencintaimu
Bukan karena aku mengharapkanmu
Tapi karena aku menyayangimu
Denganmu,
Setiap kata kau jadikan nada
Setiap tawa kau jadikan jeda
Setiap rasa kau jadikan nyata
Denganmu,
Setiap pahit kau jadikan bait
Setiap tangis kau jadikan baris
Setiap rindu kau jadikan candu
Meramu resah, gelisah menjadi
Pilu penyayat kalbu.
Kan kurangkai syair mengalir bagai air
Ku ingin kau tetap disini
Dibangku kecil taman hati.
Jangan berhenti mencintaiku, Karena aku akan selalu hidup dalam hatimu. Aku akan selalu mencintaimu dengan caraku sendiri.
-Pradipta Rahardi-
Saat ini 5 tahun sudah kepergian Dita, Bagas masih sering mengunjungi Dita di pemakaman. Kali ini bagas tak sendiri, dia datang dengan seorang gadis yang begitu cantik, mata yang bulat, rambut yang panjang hitam lurus.
“aku ingin kamu tahu Dit, aku kemari dengan seseorang yang tak jauh dari mu. Semoga engkau merestui kami. Dia adalah Dina sahabat kita. Darinya aku menemukan engkau dalam matanya, tawanya, hatinya. Semua yang pernah terjadi dalam hidup kita adalah hal terindah yang pernah terjadi
Yayasan sekolah sore anak jalanan bernama “Sekolah kasih Dita” beberapa dari anak-anak jalanan itu ada yang mendapatkan beasiswa di universitas ternama dikota. Dan dengan bangga dan suara yang begitu wibawa mereka menyebut dirinya “anak-anak pilihan Tuhan dari yayasan kasih Dita”
Dina dengan air mata yang tak tertahan. “ kamu adalah sahabat yang luar biasa bagiku dit, perlahan kamu mengajarkan tentang hal-hal kecil yang berubah menjadi hal yang besar untuk hidupku dit, dengan caramu yang penuh kasih, membawa kedamaian dalam hatiku dit. You are the best, love you dita. Semoga kamu tenang disurga. amiiin”

Pertemuan singkat



“ pertemuan singkat dan berjalan sangat cepat, tidak disangka aku langsung terhipnotis olehmu” mungkin itu adalah lyric lagu yang sesuai dengan diriku saat itu.
Pertama kali bertemu dengan seseorang yang telah membuatku jatuh tak berdaya dengan segala tingkah lakunya. “Ryan” bertemu dengan mu saat iut, tepatnya 1 tahun yang lalu adalah hal terindah yang pernah terkisah dalam jalan cerita hidupku. Jika aku dapat memutar waktu, tak akan ku biarkan kau menghilang dari sketsa mimpi indahku. Bertemu denganmu telah tersimpan dalam document memory tersendiri dalam ingatanku dan tak kan terhapus oleh waktu.
Lewat Fara aku bertemu denganmu, sebagai saudara sepupu sekaligus sahabat Fara. Kita bertemu dalam background yang tak pernah terbayangkan denganmu, dipuncak gunung saat liburan kuliah. Kita sama-sama mempunyai hobi yang sama yaitu suka tantangan. Aku yang baru pertama kali kenal denganmu telah merasa nyaman begitu saja, dan dengan senang hati menerima tawaranmu untuk ikut arung jeram. Dari sinilah aku mulai memperhatikanmu, senyummu yang manis begitu simpul namun penuh dengan tanda Tanya, alismu yang hitam memberikan kesan sangar namun tak melunturkan rasa kekagumanku padamu, tubuh yang tegap dan cara bicaramu yang tegas semakin membuatmu Nampak sempurna dimataku. Entah mengapa perasaan itu tiba-tiba menyergap hatiku secara perlahan.
Kau adalah orang pertama yang membuatku menjadi diriku sendiri, bukan menjadi aktris yang harus berpura-pura dengan semua karakter dalam scenario dan aturan main sang sutradara. Kata-katamu dan perlakuanmu terhadapku seperti opium yang selalu membuatku tenang, dan diam-diam kamu telah menjadi candu yang selalu membuatku rindu akan kehadiranmu.
2 minggu, aku merasa kita semakin dekat, setiap hari bertemu dan bersamamu membawaku jatuh terlampau jauh dalam hatimu. Kilatan matamu yang mengisyaratkan sesuatu terekam jelas dalam camera hatiku. Entah sejak kapan kamu telah menyelundup dalam benteng istana hatiku dan membuka semua pintu hati yang selama ini aku tutup rapat-rapat
1 bulan berlalu, dengan pesonamu dan gayamu kamu telah membuka mataku tentang hidup ini, tentang cinta dan berbagai warna yang belum pernah terlukis dalam gambar impianku. Nothing special, but everytime is amazing itulah yang kurasakan denganmu, tak ada yang bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tak bisa dijabarkan bak ilmu aljabar yang begitu rumit. Begitu banyak tantangan dalam permainan ini yang membuatku terpesona dengan dirimu. Dan saat hujan datang membasahi bumi, kau telah membasahi hatiku yang kering dengan fatamorgana kehidupan yang tak pernah berujung dengan kenyataan. Topeng bermuka ganda yang selalu menutupi diriku, telah kamu lepas secara perlahan, dan membuka tabir gelap yang selama ini menutupi hatiku. Kamu telah melukis pelangi dalam senyumku setelah badai memporak-porandakan kedamaian jiwaku, kamu mampu mengartikan bintang dalam binar mataku. Jantungku berdegup tak menentu saat kamu ada disampingku, namun sentuhan lembut tatapan matamu meleburkan kegelisahan dalam hatiku.
Inikah cinta? Benarkah aku telah jatuh cinta? Cinta yang selama ini ku cari, cinta yang sesungguhnya. Cinta yang bukan pura-pura. Engkau kah orang yang selama ini ku cari? Tak pernah ku kira ternyata kau memiliki rasa yang sama seperti yang kurasa. Terlalu cepat perasaan ini hadir dalam diriku, sempat aku meragu dengan diriku sendiri. Tapi, sentuhan lembut matamu yang menatapku dalam tepat dalam kesepian hatiku membuatku semakin yakin bahwa ini memang cinta.
Gerimis disenja itu menjadi saksi bertemunya 2 hati yang saling mengagumi, selalu terngiang ditelingaku setiap kata darimu untukku saat itu
“aku tak tahu sejak kapan kau hadir dalam bayangan mataku. Setiap malam dirimu hadir dalam istana mimpiku, namamu telah mengalir dalam desiran darahku, suaramu selalu terekam dalam detak jantungku. Dan entah sejak kapan kamu telah mengisi kekosongan dalam hatiku, kau ukir namamu disetiap sudut dinding hatiku, mungkin aku telah jatuh hati padamu, dan aku tahu ini terlalu cepat untukmu. Yang ku tahu saat ini kamu telah menjadi sebagian dari hatiku dan mau kah kau menjadi kekasih hatiku?” dengan alunan sayup angin di sore itu dan setangkai mawar putih yang kau beri dengan berlutut dan mengenggam tanganku.
Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatiku, ku rasakan paru-paru semakin penuh dan membuat dadaku terasa semakin sesak. Aku masih diam seribu bahasa tak tahu harus berkata apa. Aku merasa senang namun aku tak memungkiri kalau aku juga masih ragu dengan pernyataan yang begitu cepat, ini terlalu romantic dan terlalu indah untuk aku menolaknya. menarik nafas dalam-dalam dan mencoba meyakinkan hatiku untuknya “dengan senang hati.” Dan memberikan senyum termanis yang pernah ku miliki.
Tiap malam hari-hariku telah penuh dengan bayangan-bayangan senyumnya, tidurku telah terisi dengan mimpi-mimpi tentangnya. Pagi ku terasa lebih indah dari hari biasanya. Langkahku seperti tak menapak dibumi, jiwaku dibawanya melayang. Sudut bibirku selalu tersenyum simpul. Aku semakin betah berlama-lama didepan kaca, miring ke kanan-ke kiri, berputar. Hmmm. Luar biasa. Beginikah cinta? Pertemuan singkat dengannya membuatku tak percaya jika dia juga memiliki rasa yang sama. Setiap malam, ku selipkan doa sebelum tidurku
“Tuhan, ijinkan esok pagi menjadi hari yang cerah untukku, dan ijinkan aku bertemu dengan orang yang telah membawa kedamaian dalam hatiku. Yang telah meniupkan angin kesejukan dalam  jiwaku”.
Hari-hariku semakin terasa lebih berwarna dari biasanya. Selalu ada kejutan disetiap kehadirannya. Setiap detik bersamamu membawaku hanyut dalam pelukan cintamu, kata-katamu membuatku melayang dalam angan yang begitu jauh, terlampau tinggi kamu menerbangkan hatiku, terlalu tinggi kamu mengangkat imagiku sampai aku takut, terlalu takut jika suatu saat aku terjatuh tanpamu.
Seperti tersambar petir disiang hari, tak ada awan gelap tak ada badai yang datang saat itu kau runtuhkan istana cinta dalam hatiku yang telah kamu bangun dengan cinta yang terlalu dalam untukkmu. Aku begitu terguncang dengan ini semua, tanpa pesan, tanpa jejak, tanpa bekas yang kau tinggalkan untukku kamu menghilang bak ditelan bumi. Aku yang masih melambung tinggi oleh cintamu terjatuh hingga aku tak berdaya untuk bangkit dari luka yang menyayat jiwa, sebagian pelangi yang ada dihidupku saat ini telah menjadi bias putih dan awan kelabu. Derai air mata terus mengalir membasahi pipiku. Aku begitu sakit, aku telah hanyut dalam buaianmu dan telah membuat diriku tak bisa apa-apa tanpamu. Aku mengerti apa maskud dari perkataanmu malam itu untukku, sebelum kamu benar-benar menghilang dari hidup ku, lenyap dari bayangan mataku
“terlalu indah dirimu hingga aku takut untuk membias terlalu banyak warna darimu. Aku sangat menyayangimu hingga aku takut jika aku kehilanganmu. Tak ada kayu yang menjadi abu tanpa api, seperti halnya diriku tak kan menjadi lemah jika  dirimu tak menyulutkan api cinta dalam hatiku.
Tak kan ada pelangi tanpa badai dan hujan. Sama halnya diriku tak akan mengerti warna dalam hidupku jika kau tak datang dan membawa cahaya dalam gelapnya hatiku. Aku selalu memohon pada Tuhan agar hanya kamu yang menjadi milikku nanti selamanya. Dan jika aku bisa mengehentikan waktu, aku ingin waktu berhenti disini saat ini, saat aku bersmamu malam ini” dan memeluk ku semakin erat seakan takut aku pergi dan terlalu jauh darinya.
3 bulan bersamamu, ya hanya 3 bulan. Ingin rasanya aku pergi dari dunia ini jika aku mengingat semua tentangmu, tak kuasa hati ini mendengar semua leluconmu yang membuatku tertawa. Ingin rasanya aku pergi dan melupakannmu namun hatiku selalu meminta untukku tetap berada disini. Penantian ku selama ini tak kan jadi sia-sia karena dirimu selalu hidup dalam hatiku. Tak ada penyesalan dalam hatiku mengenalmu begitu singkat. Begitu besar cinta ini hingga aku tak mampu berbagi dengan orang lain. Mungkin nanti, entah sampai kapan? Kita tak pernah tahu akan esok hari. Seperti engkau aku telah berpasrahkan hati ini pada Tuhan.
Meskipun susah dan begitu menyesakkan dada melupakan Ryan, tapi aku percaya aku pasti bisa melakukannya. Benar kata Fara yang selalu menjadi curhat cintaku “you can do it, I believe your true love in somewhere. Don’t be sad honey. Open your eyes and look at the real” yach, sampai saat ini pun aku juga masih berusaha membuka kedua mataku untuk melihat kenyataan. Cinta Ryan memang cinta pertama dalam hidupku, dan membiarkan istana hatiku runtuh atas kepergiannya membuat ku sedikit frustasi, tak apalah karena itu membuatku semakin mengerti tentang keikhlasan meski agak susah.

Tuan Kodok Hitam Putih: PROYEK MENULIS NOVELET “CERITA KITA”

Tuan Kodok Hitam Putih: PROYEK MENULIS NOVELET “CERITA KITA”: Apa kabar teman-teman Tuan Kodok? Masih semangat nulis kan? Masih mau bikin buku lagi? Setelah tahun kemarin Kodok Hitam Putih dan teman-...